Tabel Analisis Komposit Indikator Teknik Penangkapan WPP-711
- Data EAFM
- >
- Tabel Analisis Komposit Indikator Teknik Penangkapan WPP-711
Perairan WPP 711 secara geografis memiliki nilai arti strategis karena terletak di wilayah perbatasan dengan Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam. Kondisi tersebut menjadikan banyaknya nelayan-nelayan asing yang masuk ke perairan Indonesia memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada. Tingkat pengusahaan perikanan semakin tinggi dan membawa konsekuensi pada menipisnya sumberdaya ikan disertai penurunan ahsil tangkap dan perubahan struktur populasi (BRKP, 2007). Pemanfaatan perikanan pelagic kecil di perairan ini telah berkembang sejak tahun 1970-an dengan alat tangkap dominan adalah gillnet terutama oleh nelayan Kalimantan Barat. Tingkat pemanfaatan gillnet berupa jaring insang hanyut yang mencapai 22.945 unit (2008) dan jaring insang tetap sebanyak 15.837 (2008). Namun dalam perkembangannya banyak kapal-kapal ikan Pekalongan yang menangkap ikan bahkan di daerah Natuna terutama pada musim Tenggara. Tingkat pemanfaatan pukat cincin di wilayah ini mencapai 4.092 unit (2008).
Analisis Komposit Teknik Penangkapan WPP 711 | |||||
---|---|---|---|---|---|
Indikator Teknik Penangkapan | Unit Data | Bobot | Skor | Nilai | Flag |
Destructive dan illegal fishing | Tingkat penggunaan Bom, Potasium cenderung tinggi (> 100%). Babel dan Kepri adl lokasi Coremap II. Penggunaan mencapai > 100%. Kondisi TK di pesisir Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi & utara Papua, sebanyak (< 25%) dlm kondisi sangat buruk. Hanya 5.47% (sgt baik), 27,56% (baik) (LIPI, 2008). Penyebab kerusakan terbesar TK disinyalir berasal dari aktivitas pengeboman | 16,67 | 1 | 16,67 | |
Modifikasi alat tangkap | Penggunaan dogol dan alat tangkap lain yg merupakan modifikasi trawl mencapai 813 unit (DKP, 2008). Jumlah ini di bawah rata-rata nasional (semua WPP) yaitu 5378 | 16,67 | 3 | 50 | |
Fishing capacity dan effort | Pemanfaatan SDI di laut Natuna dan sekitarnya dlm taraf full exploited sdgkan di Barat Kalimantan masih pada tahap moderat ; pelagic kecil&besar (unde-rutilies) (BRKP, 2007) | 16,67 | 1 | 16,67 | |
Selektivitas alat tangkap | Penggunaan trawl, pukat tarik ikan dan purse seine cukup tinggi (> 50%). Alat tangkap spt trawl, pukat ikan dan pukat cincin disinyalir mempunyai ukuran jaring yg kecil. Penggunaan pukat ikan (554), dogol (755), purse seine (4092). Sedangkan rata-rata penggunaan scra nasional, pukat ikan (376), dogol (813) dan purse seine (677) | 16,67 | 2 | 33,33 | |
Kesesuaian fungsi dan ukuran kapal | Terjadi penurunan armada pd skala 10-200 GT. Tetapi ada penambahan 1 armada pada skala 200-300 GT. | 16,67 | 2 | 33,33 | |
Sertifikasi awak kapal perikanan | Jumlah kapal ukuran > 30 GT sebanyak 369 unit.Dg asumsi rata2 awak 23 org/kpl. Maka awak mencapai 8.487 org. 20% nya = 1.697 org. sdgkan total sertifikat yg dikeluarkan = 10.091. jika dibagi 11 WPP sekitar 917 org. jd perkiraan kepemilikan sertifikat > 100% | 16,67 | 3 | 50 | |
100 | 12 | 200 |
Sedangkan pemanfaatan perikanan demersal di Laut Natuna dilakukan pada kedalaman 10-50 m. Pada wilayah ini, banyak terdapat kapal-kapal penangkapan ikan baik legal maupun ilegal dengan alat tangkap utama berupa pukat ikan. Jumlah pukat ikan (fish net) yang beredar sampai tahun 2008 mencapai 554 unit. Status perikanan demersal di WPP ini dan sekitarnya berada pada tahapan fully exploited. Hal ini semakin diperparah dengan maraknya praktek illegal fishing dalam pemanfaatan perikanan pelagic kecil yang bersifat neritik maupun oseanik. Sumberdaya udang terutama di bagian Barat kalimantan masih dalam tahap Moderat dengan alat tangkap dominan adalah alat tangkap yang dimodifikasi menjadi pukat terik (trawl). Selain pukai ikan, alat tangkap lainnya yang banyak beredar di WPP ini adalah jaring insang kantong, trammel net dan pukat pantai. Perikanan pelagic besar tingkat pengusahaannya belum dapat ditentukan karena sifatnya yang beruaya jauh (high migratory). Namun dengan melihat CPUE, kondisinya belum menunjukkan penurunan. Perikanan pelagic besar masih bisa dikembangkan dengan pertimbangan kehati-hatian dan monitoring berkala terhadap hasil CPUE.
Topik Terbaru
- SOSIALIASI PENERAPAN E-LOGBOOK PERIKANAN BERBASIS ANDROID KEPADA NAHKODA KAPAL PERIKANAN DI PPN SIBOLGA
- Status Stok Ikan 2016 dan Implikasi Pengelolaan untuk Keberlanjutan Perikanan
- Publikasi “Prosiding Simposium Nasional Pengelolaan Perikanan Karang Berkelanjutan Indonesia 2015”
- Peningkatan Nilai Indikator Pengelolaan Perikanan Pada Beberapa Lokasi Program WWF